Sejarah Desa

Sejarah Desa

Sebelum terbentuknya Pemerintahan Desa Tamansari, ada penguasa wilayah yang bernama Pangeran Temanggung dan Pangeran Senopati, yang berdomisili di salah satu tempat yang sekarang disebut kampung Temanggungan dan Kampung Sanapati. Kekuasaan Pangeran Temanggung meliputi hampir sebagian Rumpin sampai dengan wilayah Tangerang. Antara lain mulai dari Desa Gobang sampai dengan Grendeng Tangerang Utara, Wilayah Barat Karawaci.  Diceritakan bahwa Pangeran Temanggung ini bersahabat dengan Sultan Nurudin yang sekarang disebut Kp. Nordin, Pangeran Suryanata Din Suro yang sekarang bernama Suradita, Pangeran Mas Kandangan yang sekarang bernama Kp. Cikandang, Eyang Empuh Saadah atau masyarakat menyebut Ki Buyut dan sekarang dikenal dengan nama Kapunduan. Pangeran-pangeran ini selain menguasai wilayahnya sekaligus mengenalkan dan menyebarkan agama islam. Pangeran Temenggung membuat taman yang sangat indah dan asri sebagai tempat peristirahatan pangeran. Dan membuat panayagan yakni tempat hiburan sekaligus pusat dakwah ajaran islam yang saat ini dikenal dengan sebutan Kampung Panagan. Konon setiap orang yang ingin menonton hiburan diharuskan membacakan dua kalimat syahadat sebagai pengganti tiket/karcis masuk. Karena dirasakan taman ini sangat indah dan asri, maka orang-orang tua terdahulu mengabdikan dan menyandarkan untuk sebuah nama desa yang sekarang disebut Desa Tamansari. Taman memiliki arti sebuah tempatyang dipenuhi dengan keindahan dan memiliki suasana dan kondisi yang tenang, sedang sari artinya sejuk, nyaman.Jadi Tamansari adalah tempat yang penuh keindahan, kesejukan dan kenyamanan.

Where does it come from?

  1. Terbentuknya Desa Tamansari

Catatan sejarah Desa Tamansari menerangkan bahwa Pangeran Temenggung Menjadi sumber penguasa wilayah.Dalam pelaksanaan pemerintahannya dia dibantu oleh pangeran Senopati. Pangeran Temenggung kemudian membangun berbagai fasilitas diantaranya : Masjid yang kemudian sekarang dikenal Masjid Jami Attamam, dan berubah nama Attamimiyah Musyawarah dan Hiburan (Panayagan) dan mendatangkan dai dari banten yang bernama Embah Kosim dan Embah Mustakim.

Pada saat kekuasaan Belanda diutuslah Van De Kock untuk menjadi penguasa underdenemeng dan dia membuat perkebunan karet sekaligus pabriknya.Kekuasaan ini terus berlangsung sampai datangnya Jepang.Pada saat kekuasaan Jepang Van De Kock menyerahkan pemerintahan kepada salah satu pribumi di wilayah temanggungan.Kemudian pada pasca kemerdekaan masyarakat menunjuk Muhammad Nur Sebagai Kepala Desa Tamansari.

  • Kepala Desa Tamansari Pada Zaman Penjajahan Belanda Adalah :
  1. Bapak Asman yang berdomisili di Kampung Senopati
  • Kepala Desa Tamansari Pasca Kemerdekaan Adalah :
  1. Mohamad Noor  Tahun Juru tulis A. Sanusi
  2. Muhamad Sanusi, Juru Tulis Oming Sahromi /Tb. Halimi
  3. Tb. Halimi, Juru Tulis Bazar / Mastur
  4. M. Masnun, Tahun 19977 s.d 1979 Juru Tulis Emed
  5. Jamhuri Tahun 1979 s.d 1982 (Pejabat Pemerintahan Desa), Juru Tulis Mastur
  6. Matin Tahun 1982 s.d 1984 (Pejabat Pemerintahan Desa), Juru Tulis Mastur
  • Kepala Desa Setelah Orde Baru (Reformasi) Adalah :
  1. Wahyudin, Tahun 1984 s.d 1994 Sekdes Mastur, Zaenul Huda
  2. Hulaemi, Tahun 1994 selama 6 Bulan ( Pejabat Kades)
  3. H. Tb. Wahyudin Tahun 1994 s.d 2001
  4. Suhendra, Tahun 2001-2013 Sekdes Zaenul Huda
  5. Hajmi, S.Pd. Tahun 2013 s.d 2019  Sekdes Zaenul Huda

Kebudayaan masyarakat Desa Tamansari yang ada sejak zaman dahulu di antaranya : Tradisi Ngaruat Lembur, Tradisi Ziarah, Tradisi Hajat Tujuh Bulan, Tradisi Marhaban, tardisi Ruwahan, Tradisi muludan dan lain-lain.